Senin, 17 September 2012

A Secret Garden

The beauties of marketing salah satunya adalah: jalan-jalan. Asiik. Melupakan sejenak target, tekanan tidak segera mendapatkan client dan sebagainya.
Menikmati alam hijau, asli, udara dingin ketika sore tiba, menemani kabut bercengkrama dengan polusi sehari, itulah yang kurasakan kemarin. Mars dan Jupiter, bersama Merkurius dan Matahari, kami berlima mendapati sebuah taman rahasia. A Secret Garden, a beautiful secret garden. Letaknya ada di daerah Langensari, melewati jalan berliku yang kalau aku disuruh ke sana sekali lagi tanpa ditemani, bisa tersesat meureun.
Di sana, di secret garden itu, kami berbagi duka. Duka sehari karena bau ketidakadilan menyengat hidung kami--hidung keempat planet itu, lebih tepatnya. 
Di bawah kami, lereng-lereng, lembah, sengkedan disulap kebun, diam menyimak obrolan terbang disambut angin deras mengalir entah dari mana. Aku sudah memperingatkan keempat planet itu, bahwa aku, Venus, akan buang gas karna pori-pori tubuhku lebih besar dari kebanyakan orang :D.

Ada solusi tapi belum ada tindak lanjut dari solusi yang hadir.

Ada kalanya, aku memang memilih untuk mendengarkan saja, tanpa memberi solusi. Solusi diajukan ketika sang pencurhat, meminta solusi. Ingin didengarkan adalah salah satu sifat alami manusia, terlebih ketika emosi marah memuncak, memberi solusi tanpa diminta, akan merunyamkan suasana.

Mendengarkan cerita siapa pun, menerima kepercayaan untuk menyimpan rahasia duka seperti menyimpan Taman Rahasia adalah kehormatan bagiku. Selain itu, aku jadi merasa tidak sendiri, menguak-nguak dalam sepi, tak bersambut kecuali sunyi.

Tak ada yang bisa kuceritakan kepada empat planet itu. Tak etis menceritakan masalahmu ketika mereka curhat tentang masalah mereka. Itu kode etik listener.

Seperti kata Lene Marlin:
"Can't show them that you're weak."

atau seperti kata Chris Cornell:
"Arm yourself because no one else here will safe you."

Menguatkan diri ketika sendiri, menjadi penguat dalam kelompok ketika berbaur. Biarlah Tuhan yang menyemangati kita sehingga setiap peristiwa menjadi teguran atas kemalasan kita. Cukuplah Allah yang mengetahui amal-amal kita, karna perhatian manusia terkadang menggerogoti keikhlasan. Tetap istiqomah dan bertahan.

Berdoa seperti Nabi Adam di Multazam:
Ya Allah, Engkau Maha Mengetahui segala apa yang aku rahasiakan dan segala apa yang aku lakukan terbuka, terimalah pengaduanku.
Engkau Maha Mengetahui apa yang ada di dalam jiwaku dan segala apa yang ada padaku, ampunilah dosa-dosaku.
Engkau Maha Mengetahui segala apa yang aku perlukan, berikanlah kepadaku apa yang aku minta.
Ya Allah, aku mohon kepadaMu iman yang memenuhi hati dan keyakinan yang mantap benar sehingga menyadarkan aku bahwa tidak akan ada yang mencelakakanku kecuali apa yang telah Engkau pastikan untukku dan menyadarkan aku sehingga aku rela atas apa yang Engkau tetapkan untukku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar