Minggu, 16 September 2012

Haji dan Air Minum

Seirng kali kita mendengar jamaah haji tersesat selama di Tanah Suci, lalu ada anggapan bahwa yang tersesat itu dulunya--di Indonesia, sering begini begitu. Maaf, ya, rasanya pandangan seperti itu tidak adil untuk Tanah Suci yang Mulia. Jamaah Haji adalah tamu-tamu Allah. Logikanya, ketika Allah bersabda kepada manusia untuk memuliakan tamu, masa Allah tidak memuliakan tamu-Nya? Hal-hal semacam itu seringkali menurunkan minat seorang muslim menunaikan rukun Islam yang ke lima itu. Padahal, di sana, di Tanah Suci, damainya minta ampun...
Oke, kembali ke masalah tersesat dan air minum. Kawasan geografi Makkah dan Madinah adalah pegunungan batu dengan iklim kering. Setiap jamaah haji sering diingatkan untuk banyak minum meskipun tidak haus. Alasannya, para jamaah haji tidak menyadari bahwa kelembapan tubuh mereka menguap. Jamaah haji tidak akan merasakan keringat, yang mereka rasakan biasanya tiba-tiba disorientasi (hilang arah), atau pusing, atau batuk-batuk.
Jangan membatasi air yang Anda minum, selagi masih di Tanah Suci, banyak-banyaklah minum air Zam-zam. Mumpung banyak, mumpung gratis, mumpung di Tanah Suci.
Salah satu cara supaya tidak tersesat adalah menandai tempat. Selama di Masjid Nabawi, pastikan Anda ingat atau mencatat nomor gerbang tempat Anda masuk. Di Masjid Nabawi, laki-laki dan perempuan dipisah. Setiap akan masuk ke kawasan wanita, para asykar (polisi) akan mengusir laki-laki. Begitupula sebaliknya. Di Masjidil-Haram, laki-laki dan wanita dicampur. Biasanya menandai posisi dengan bangunan-bangunan mencolok di sekitar Masjidil-Haram. Contohnya, sisi selatan Masjidil-Haram (menuju Aziziyah Janubiyah), ada bangunan istana raja.

Salah satu sisi selatan Masjidil-Haram.

Nah, ketika wukuf di Mina, saran terbaik adalah mengajak teman yang sekiranya mudah mengingat lokasi tenda menginap. Kenapa? Karena semua tenda bentuknya sama, putiiih semua. Bentuknya sama. Jadi kalau salah jalan atau terlalu jauh berjalan, bisa-bisa salah masuk tenda atau malah salah kawasan.

Kalaupun masih tersesat, mohon ampun kepada Allah, banyak-banyak istighfar. Adakah perlindungan lebih baik dari perlndungan Allah?