Selasa, 14 Agustus 2012

Jogja...I can smell your sound...

Why does every one love Jogja?
Entah, karena aku lahir dan besar di kota itu. Belasan tahun berkutat di jalan-jalan itu, menjalani rutinitas itu, menyerap nilai-nilai itu, aku tidak tahu mengapa banayk orang merindukan Jogja.
Apakah aku merindukan Jogja?

Setiap kali menutup mata, di antara jeda menginput data ke Prospera, yang kulihat jalan-jalan di rumahku. warung kecil tempat aku pernah terjerembab ketika bermain in line skate, lapangan di seberangnya, warna putih merah, putih biru, putih abu-abu, motor-motor, mobil, dan kesenyapan tika hari raya tiba.

Jogja, my root, my deepest word, my snow in a strange dessert, my chocholate, my cheese, my anything to tell.

Mudiiiiik....

gini ternyata rasanya mudik.
naik Kramat djati dari Martabak San Fransisco (tempat beli tiket), nungguin bus besar itu datang...dan menunggu berbuka puasa tentu. ditemani dua teman se wisma, mba DN dan IN (kita inisialkan saja supaya privacy mereka terjaga), akhirnya bus itu datang juga dengan segala pesona bagi para mudikers.
Kami--aku dan mba IN--harusnya naik bus kode CN-31. Tapi entah kenapa, kami diminta naik juga ke bus ini. alhasil, aku yang semula mau jamak shalat isya, segera membatalkan diri, ngacir ke bus *maafkan aku ya Allah*
Naiklah kami dengan tenang sentausa. kami diminta turun di terminal--lupa aku namanya. kami harus ganti bus selanjutnya..bus kode CN-31.
Jadi, di martabak San Fransisco itu apa? pengusiran biar ga penuh ya?
Baiklah, mari kita lanjutkan. Sampai di terminal yang aku lupa apa namanya, kami turun dan menunggu bus yang seharusnya kami tumpangi dari pull. "Bener kata pak sopir taxi, kenapa juga kita berangkat dari agen?" begitu kata mba IN di sela2 aku mengantuk akibat antimo sebutir (kasian, ya? nggak di travel, nggak di pesawat, muntah melulu).
Di terminal, malam-malam, menjaga koper, tas, dan kresek, berdiri setengah pengen tidur, setengah pengen tidur sambil dengerin cerita mba IN....mungkin memang begini rasanya mudik. Sesuatu banget.

Sepuluh-sebelas jam di bus (saingan perjalanan pesawat solo-jeddah), kaki menebal, kepala lieur-lieur efek antimo yang begitu manjur, akhirnya tiba juga di Jobor, terminal kesayangan mudikers budiman. turun dari bus, disambut pak taxi. langsung dia pasang tarif Rp 40.000 jamal-wirobrajan. yang bener aja, pak?
"Mboten pak. Ngagem argo mawon."jawabku mencoba sesopan mungkin. "Enggak pak, pake argo aja."

Akhirnya, ada pak taxi yang bersedia pake argo."Tapi tambah 5000, ya, mbak."
Aku ngikut. ini bulan Ramadhan, aku ingin segera sampai rumah.