Kamis, 07 Maret 2013

Kampung Halaman

Lalui indahnya dunia
silih berganti rasakan semua yang ada
...
rasa itu memanggilku
sesuatu yang dulu kurindu
tuk kembali dan ulangi semua denganmu
dan aku yakin kau di sana...

Setengahnya, tulisan ini kubuat karna aku kangen Jogja. Miss it so much. Kangen panasnya, kangen motorku, kangen kucingku, kangen keluargaku, kangen gudeg pasar Legi, kangen Ngasem, kangen kampusku, smaku, smpku, sdku...temen-temenku, yang pasti...aku kangen kampung halamanku.
lalu, lagi nyetir motor, tadi di perjalanan ke Cijati, entah kenapa aku berpikir tentang seseorang. Maksudku, bukan seseorang secara khusus. Ya, memang secara khusus (mulai ga jelas arah pembicaraan--mau ngeles aja kayak bajaj)...tapi mungkin lagi-lagi...karna kangen. ya sudah, biarkan saja...

Entah kenapa, tadi pas jadi naik motor, aku sempet kepikiran tentang kampung halaman, tentang suatu tempat yang selalu kita kunjungi sejauh apa pun kaki kita telah melangkah, ke tempat itulah kita akan kembali. Ada rasa rindu dan haru seperti lagi Kla. Ada kebahagiaan aneh yang selalu kita temukan ketika kita mengunjunginya. Ada rasa bangga ketika media massa memberitakan prestasi atau event dari kampung halaman kita. Mungkin karena kita menumpahkan darah pertama di tempat itu. Mungkin karena kita pernah terlibat sesuatu di tempat itu.

Mungkin karena K E N A N G A N. Memorilah yang memanggil kita datang lagi ke tempat itu lagi dan lagi. Terus menerus.

Masih ingat pepatah "Sejauh apa pun burung terbang pasti akan kembali jua". Sori, pepatahnya enggak sepas seharusnya. semoga kalian ngerti maksudku.

Dan kampung halaman...seperti seseorang. Seseorang yang penting, spesial, yang ketika kita mengingatnya, kita merasa rindu untuk menemuinya kembali. Lagi dan lagi. Terus menerus.

Seperti kampung halaman yang senantiasa menerima kita apa adanya, apakah kita menjadi direktur, karyawan, pahlawan, atau pecundang. Kampung halaman selalu menerima kita saat kita berharta atau miskin papa, berlian propinsi, atau sampah masyarakat.Sehat, sakit, nyaris mati, atau segar bugar. Kampung halaman seperti samudera yang menerima semua aliran sungai, besar, kecil, keruh, bening, semuanya. Semuanya. Tapi ia tetap samudera. Luas, tak bertepi, dalam tak terperi, misterinya tak tergali, hartanya ada tak terselami.

Ketika kita menemukan seseorang seperti itu, itulah kampung halaman kita.

Para suami adalah kampung halaman bagi para istri.
Istri adalah kampung halaman bagi para suami.
Keluarga adalah kampung halaman bagi anggotanya yang sedang pergi.
Kertas adalah kampung halaman bagi para penulis.

Kekasih adalah kampung halaman bagi para pengasih.

Atau seseorang yang tidak bisa kaumiliki meski rindumu selalu tertaut padanya.

Siapa kampung halamanmu?